Perilaku individu yang mengalami stres akan berbeda dengan perilaku orang
yang tidak mengalami stres. Oleh karena itu, kondisi seseorang yang mengalami
stres dapat diamati baik secara fisiologis maupun psikologis. Gejala fisik stres
meliputi, namun tidak terbatas pada: nyeri dada, tekanan darah tinggi,
kesulitan menelan, sakit kepala, pusing, jantung berdebar, tangan dan kaki
dingin, sulit berkonsentrasi, jantung berdebar kencang, dada kencang, denyut
nadi kencang, sesak perut, rahang kencang, leher kencang, rahang kencang,
kepala kencang, leher kencang, kepala kencang, dada kencang, perut kencang,
kepala kencang, dada kencang (Waitz, Stromme, Railo, 1983: 52-71).
Indikator detak jantung (detak jantung) yang lebih cepat pada individu yang
stres dibandingkan dengan yang tidak stres antara lain adalah mereka yang
mengalami nyeri dada (gangguan jantung). Beberapa orang melaporkan mengalami
mati rasa atau kesemutan di pantat kiri mereka (di daerah sekitar puting susu),
dan meskipun sensasi ini biasanya mereda setelah beberapa saat, namun terkadang
muncul kembali. Tidak adanya emosi negatif tidak menunjukkan bahwa orang yang
mengalaminya tidak lagi stres. Karena stres berkepanjangan dalam diri seseorang
mungkin berkontribusi terhadap kemungkinan serangan jantung, tindakan
pencegahan diperlukan.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) dapat terjadi akibat stres kronis, karena
respons alami tubuh terhadap impuls stres adalah peningkatan tekanan darah.
Selain itu, orang yang mengalami banyak stres biasanya mengalami kesulitan
tidur, yang dapat berdampak pada tekanan darah mereka yang sudah tinggi. Tidak
lagi tabu bagi mereka yang berisiko terkena stroke akibat hipertensi. Oleh
karena itu, disarankan agar setiap orang yang berusia di atas 40 tahun mendapatkan
pemeriksaan tekanan darah secara teratur dari profesional medis yang terlatih,
dengan memberikan perhatian khusus pada pembacaan diastolik. Sesuai namanya,
tekanan darah sistolik diukur saat darah dipompa keluar dari jantung, sedangkan
tekanan darah diastolik diukur saat darah dipompa kembali ke dada.
Otitis eksterna juga dapat disebabkan oleh sumber stres internal. Pada
kebanyakan kasus, aktivitas geng terjadi di perkotaan seperti tengkuk, leher,
bahu, dan rahang, serta di antara kelompok anak muda. Akibat kemacetan otot di
sekitar tengkuk yang menyumbat aliran darah ke otak, penderitanya bisa
mengalami pusing dan pusing akibat kurangnya suplai darah. Jika kondisi
tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama, bisa berbahaya bagi
kesehatan orang tersebut. Untuk itu, pereda stres sangat penting bagi
kelompok orang yang pikirannya relatif mudah ditempati.
Tingkat stres seseorang mungkin berkontribusi pada sakit kepala, seperti
yang dijelaskan di atas. Efek jangka panjang dari pengelompokan daerah batang
otak dan tengkorak ini dapat membahayakan kesehatan karena mengganggu aliran
darah ke otak dan tengkorak. Oleh karena itu, jika ada indikasi sakit kepala
karena terlalu banyak berpikir, seseorang harus mencari pertolongan medis
sesegera mungkin tetapi juga dapat memanfaatkan pijatan untuk mengendurkan
otot-otot yang tegang di leher dan bahu mereka. Pijat dapat membantu
mempercepat pengiriman darah ke seluruh tubuh, memastikan setiap organ menerima
nutrisi dan oksigen yang dibutuhkannya.
Aliran darah yang tidak memadai ke lengan dan tungkai dapat menyebabkan
mati rasa dan kesemutan pada ekstremitas dan rasa dingin. Berkurangnya aliran
darah ke ekstremitas menyebabkan mereka merasa dingin. Ini dikenal sebagai
"suplai" dalam bahasa Melayu. Pelepasan keringat dingin di
telapak tangan merupakan tanda lain dari ketegangan pada manusia.
Reaksi terhadap stres yang membuat seseorang kewalahan dapat menyebabkan
rasa kantuk yang berlebihan di siang hari. Telah ditetapkan bahwa ketegangan
menyebabkan pelebaran rongga dada, yang pada gilirannya membuat Anda sulit
untuk rileks dan tertidur. Tidur normal nyenyak dan nyenyak, berlangsung
beberapa jam. Individu yang mengalami stres membutuhkan kemampuan untuk rileks
saat menghirup udara dan menghembuskannya. Oleh karena itu, latihan relaksasi
merupakan pilihan terapi yang baik bagi orang yang sedang mengalami stres.
Gejala kepala yang berdebar-debar dan jantung yang sakit bisa jadi akibat
stres berkepanjangan dan kelelahan fisik. Kaitannya dengan stres telah
dijelaskan di atas; dalam kasus seperti itu, penurunan aliran darah dapat
berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental seseorang.
Lambung dan usus tidak akan bisa bekerja dengan baik di bawah tekanan.
Keadaan seperti itu kemungkinan besar berdampak negatif pada sistem pencernaan,
membuat produksi dan pembuangan limbah udara dalam jumlah besar menjadi
pengalaman yang menyakitkan (sembelit). Seseorang yang sering mengkonsumsi
marah-marah, misalnya, dapat mengalami gangguan pada struktur tulang dombanya,
yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit domba. Oleh karena itu, disarankan
agar individu, terutama guru dan siswa, tidak mudah dikuasai oleh stres dalam
kehidupan modern, meskipun stres tidak dapat sepenuhnya dihindari.
Kesulitan tidur dan kecemasan membentuk hubungan siklus. Dengan kata lain,
kesulitan tidur mungkin disebabkan oleh stres, begitu pula sebaliknya. Meskipun
kualitas tidur diperlukan untuk pemulihan fisik dan mental, hal ini sering
diabaikan. Selain itu, kelelahan fisik mengganggu proses pengembangan diri saat
seseorang tidur. Oleh karena itu, dianjurkan agar setiap orang tidur minimal
tujuh sampai delapan jam per hari, tujuh hari seminggu (24 jam per hari).
Stres juga dapat menyebabkan masalah menstruasi pada wanita, seperti
menstruasi yang tidak teratur atau tidak ada atau menstruasi yang menyakitkan
yang berlangsung lebih lama atau lebih pendek dari biasanya atau tidak terjadi
sama sekali. Meski belum ada data penelitian yang dapat diandalkan, tampaknya
beralasan bahwa wanita yang sering stres mungkin akan lebih sulit untuk hamil.
Namun, biaya bagi wanita yang mengalami stres saat menstruasi adalah timbulnya
rasa mual, sakit perut, meler, dan pingsan.
Individu yang stres cenderung mengalami penurunan libido. Tingkat stres
yang lebih tinggi dikaitkan dengan kemungkinan impotensi yang lebih tinggi pada
orang yang lebih berat. Ketika tingkat stres pasangan meningkat karena
perselisihan perkawinan, hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada pasangan yang
merasa ingin bercinta dengan pasangannya.
Kekhawatiran dan kecemasan yang terus-menerus adalah tanda bahwa seseorang
sedang stres karena suatu masalah. Indikator stres adalah kecenderungan
seseorang untuk tegang setiap kali mereka harus menghadapi situasi yang penuh
tekanan, seperti ujian yang akan datang, pertemuan dengan atasan, atau tengah
semester.
Persepsi individu yang stres menjadi gelisah dan menjadi mudah kewalahan
(sensitif). Individu yang mengalami stres harus selalu waspada terhadap hal-hal
sehari-hari di sekitar mereka. Dalam hal kondisi lingkungan, semuanya berjalan
normal, dan tidak ada tanda bahaya yang perlu diwaspadai bagi orang yang sedang
stres tersebut. Situasi semacam ini dapat menyebabkan orang yang stres
terus-menerus merasa kewalahan, membuat mereka bertindak secara fisik dengan
mengembara tanpa tujuan atau terlibat dalam perilaku irasional lainnya.
Tampak seolah-olah Anda terus-menerus kelelahan adalah tanda stres.
Meskipun tidak bekerja terlalu keras, individu yang stres tampak sangat lelah
dan lesu, membuat mereka enggan melakukan berbagai aktivitas fisik. Individu
yang mengalami banyak tekanan biasanya menjadi lebih pasif dan kurang kompeten
dalam pekerjaan, serta kurang berbakat secara keseluruhan.
Seseorang yang mengalami stres akan memiliki ketakutan yang tak
henti-hentinya. Perasaan takut sering bermanifestasi dalam mimpi yang
mengganggu selama tidur, membuatnya sulit untuk tertidur dan membuat orang
tersebut tetap terjaga ketika mereka seharusnya merasa paling istirahat.
Seseorang yang stres lebih cenderung terlibat dalam perilaku merusak diri
sendiri seperti kekhawatiran yang berlebihan atau mutilasi diri. Individu dalam
keadaan seperti itu akan mengisolasi diri dari kelompok sosialnya atau
lingkungannya dalam upaya untuk bertahan hidup. Ini berarti bahwa jika tindakan
cepat tidak diambil untuk merawat individu, mereka cenderung berkembang pesat
dari stres menjadi depresi.
Seseorang yang mengalami stres akan kehilangan kemampuannya untuk menjadi
kreatif dan spontan. Wajah orang yang stres akan tampak pucat dan murung
terus-menerus, dan matanya akan terlihat kusam dan tidak bernyawa, sehingga
tidak mungkin menemukan kegembiraan dalam menghadapi lingkungannya. Ketakutan,
rasa bersalah, dan perasaan tidak berguna bagi orang lain adalah reaksi umum
terhadap situasi ini.
Sumber :
Sukadiyanto, S. (2010). Stress dan cara
menguranginya. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 1(1).